Aku dan Pangeran



Yang bisa kulihat hanyalah bayangan hitammu. Melayang dalam kerumunan aktifitas tanpa akhir. Saat aku mencoba untuk meraih tepian jubahmu, kau menanggalkannya dan membungkus ragamu dengan selimut emas yang lalu. Apa yang sedang kau lakukan?
            Kemudian, tanpa melihatmu lagi, aku berjalan di sepanjang setapak yang penuh dengan tarian-tarian menari. Aku tak peduli lagi ! biarlah, jika yang kubisa hanya menatapmu, aku akan memandangmu lewat cermin dunia yang tersimpan dibilik kerahasian.

∂∂∂
Aku terbangun lagi malam ini. Hanya karena melihat adegan maya dalam kepalaku. Adegan yang sama dalam seminggu ini. Sial,
Aku melihatmu dalam mimpi itu, Menandatangani perjanjian dengan perpisahan. Aku menangis, dan kau melepasku dalam  senyuman.  apa ini, inikah pertanda ?
Pertanda akan bercerainya aku dengan sesosok manusia ? sesosok manusia yang bahkan -Kukatakan padamu sekarang- aku tidak mengenal manusia itu.
Aku tidak mengenalnya,
Setelah aku mencoba meraih dirinya, melihatnya dalam mimpi panjangku, aku tetap tidak mengetahui identitas dirinya.
Tuhan, sadarkah aku ?
Waraskah aku ?
Jawablah, kumohon…Untuk kali ini saja.
Tuhan...
∂∂∂

            Sudah kukatakan pada Tuhanku. Aku hanya melihat bayangan hitam dirinya. Dan kali ini, Tuhan atau entah siapa memberikan titahnya padaku untuk duduk dibangku putih, sendirian. Hanya ditemani berliter-liter air dihadapanku, rumput kehidupan yang sudah ada sejak aku belum lahir dan udara yang bergerak sebagai nafasku.
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan disini. Sungguh.
Aku tidak tahu akan bergerak untuk apa kali ini. Biarlah…
            Dan kali ini aku hanya bisa terduduk. Sendirian. Mata liarku menyapu kehidupan di depanku. Hah, bisa kulihat lalu lalang burung dengan sayapnya, membuat aku iri akan terbangnya, akan bebasnya. Semuanya membuatku sedikit terlupa akan sosok hitam yang selalu mendatangiku.
            Tapi mengapa aku tak bisa lepas darinya?
         Dalam setiap pagiku aku selalu melihatnya berdiri di sudut kamarku. Menatapku tanpa berkata-kata sesuatu. Membuatku bosan dengan pertanyaanku yang terus menerus tentang siapa dia, dan tak sedikitpun dia mau bersuara.
Dan mereka! Mereka tak mau memberi tahu kepadaku siapa dirimu. Jika aku menanyakan tentangmu, mereka selalu menatapku dengan pandangan kasihan yang bercampur ketidakpercayaan. Apa yang aku lihat seakan tidak pernah ada di mata mereka. Bagi mereka aku ini hanyalah seorang pembohong. Yang dengan terus-menerus berbohong tanpa henti.
Sampai akhirnya aku bosan dan terbaring sendirian…

Tapi,
Aku melihatmu lagi hari ini. Kau berdiri, masih dengan jubah hitammu, di tepian air itu…
( Hai…) panggilku,
( Siapa dirimu ? )

Aku bangkit, berjalan ketepian air didepanku. Kini, antara kita hanya dipisahkan oleh air.
Aku melambaikan tanganku,
( Siapa kau? )

Dirimu tersenyum. Walau wajah aslimu berasa di bawah kerudung itu, aku bisa melihatmu. Ah…tidak! Bukan melihat tapi aku bisa merasakannya, merasakan senyummu. Dan perlahan kulangkahkan kakiku ke arahmu. Tak ada yang kurasa, hanya sensasi dingin di ujung jariku. Dan aku menikmatinya.
Cengkeraman kuat tiba-tiba menekan pergelangan tanganku. Aku menoleh, Mereka!!!
Mereka berlima, mereka menyeretku pergi dari pangeran hitamku.
Tidaaaaak !
Aku meronta, berteriak histeris,
(Jangan..lepaskan aku!!!) teriakku pada mereka
(Lepas! Lepaskan aku! Pangeranku…tolong....)
Kakiku menendang ke segala arah, tanganku mengibas kemanapun aku bisa menggerakannya. Dan Aku terjatuh dalam usahaku melepaskan diri.
Mereka berteriak. Entah apa yang mereka katakan.
(Haaaah..)

Mereka berhasil membawaku pergi dari taman itu, memisahkan dari Pangeranku. Jadi benar dengan mimpiku. Pertanda itu. Pangeranku…

Aku tak lagi mengenal waktu. Entah sudah berapa lama aku disini, terbaring
Aku tak bisa bergerak. Ikatan-ikatan itu menghalangi tubuhku menyampaikan pesan otakku.
Ooh..

Salah satu dari mereka datang. Memberiku minum dan tersenyum padaku,
(Jangan takut, ) katanya lembut
(Kau akan melalui semua ini, )
Aku menatapnya, tangannya bergerak di kepalaku. Mencoba menenangkanku. Dia kira aku ini anjing! Diikat dan kini dielus-elus. Bangsat!!!
(Bajingan kau! Kau kira aku ini apa? Dasar terkutuk!)
Aku berteriak lagi. Orang itu kabur, meninggalkan nampan berisi makanan yang seharusnya ku makan.
Dia tak kembali lagi, biar, aku lebih suka begini. Sendiri. Tenang.

tapi... aku tak sendirian
aku bersama Pangeranku...
tenang saja, aku masih bisa bertemu dengannya, 
di mimpi-mimpi tanpa akhir milik kami..



-end-


dirampungkan pada juli 2019
dimulai bertahun-tahun sebelumnya
-Niken Surya-





Comments