ini pemikiran saya tentang pernikahan

 
sumber

  
katanya pernikahan itu adalah penyatuan dua pribadi yang berbeda untuk bisa berjalan berbarengan. dan itu susahnya bukan main. bayangkan, 2 orang yang berbeda, yang sebelumnya nggak kenal sama sekali harus tinggal serumah dan berbagi kehidupan bersama.

bagi yang sudah menikah pasti akan bilang iya. terlepas apakah sebelumnya mereka pacaran (mengenal satu-sama lain) lama atau hanya dalam hitungan bulan. dan katanya lagi, ketika menikah..akan berubah 180 derajat dari jaman pacaran dulu. eaaa..

Mungkin sebagian orang diberi kemudahan dalam kehidupan rumah tangga nya. suami yang pengertian, romantis, ngayomi, de el el atau suami yang nggak romantis tapi ngayomi, atau yang super cuek sama keluarga tapi dia bertanggung jawab.
atau mungkin dikasihnya suami yang seperti kanak-kanak ??

aah,,itu saya

eeh

katanya juga rumput (jepang) tetangga itu selalu lebih hijau dari rumput rumah kita. saya sih nggak punya rumput jepang,,punyanya juga rumput teki. dan rumput teki dirumah saya masih lebih bagus daripada punya tetangga. ha ha ha
( karena saya malas ya rumput teki saya lebat banget,,punya tetangga saya sudah pada dicabutin)

kalau mau ngomongin nggak enaknya ya banyak banget. misal nih, setelah nikah saya (saya lho ya..) punya kewajiban untuk selalu datang menengok mertua saya. saya ini tipe nggak krasanan kalau di rumah orang. bawaanya pengen pulang mulu. tapi kalau ke tempat mertua nggak nginep nanti pasti dikomentari (sediih)..

trus saya itu orangnya semau saya, sir aku asah-asah yo aku asah-asah, sir aku nyapu yo aku nyapu..sir aku turu yo aku turu
jadi kalau saya dikasih kewajiban HARUS nyapu, HARUS asah-asah (cuci piring),,saya sering sedih. oke lah memang seharusnya saya yang nyapu, asah-asah atau nyuci..saya tau itu. tapi kalau HARUS demi supaya kelihatan sregep dan nggak dibandingin sama orang lain dan saya terpaksa,,itu saya nggak suka. muak.
makanya saya kekeh sebelum menikah,,setelah menikah cari rumah sendiri, kos bila perlu. alasannya biar bisa mandiri. tapi sebenarnya biar saya nggak kelihatan males.

trus masalah punya anak..
hmm jujur nih, saya dulu belum mau punya anak langsung. maunya ya berdua dulu sama mantan (pacar),,motoran kemana-mana berdua, kulineran berdua, nginep di kaliurang berdua, ngabisin uang berdua..itu yang saya pengeni
makanya saya sok nggak suka kalau ada yang nanya kok belum isi, kok kalah sama si anu, keduluan tuh sama si itu tuh..
batin saya sih bilang : preeeek..
tapi lisan saya masih bisa bilang..iya ta? ah nggak apa-apa sambil senyum.
tapi kayaknya suami saya yang kepanasan, sering kesindir dia kayaknya. 
dan ketika akhirnya saya punya anak, saya tetep sayang sama dia, wong dia anak saya. saya bukan ibu super tega kayak di sinetron-sinetron itu. saya tetep membesarkan dia sepenuh hati. tapi kalau suruh nambah lagi? woooo..tak balang sandal
nanti dulu lah, padakke ngurus anak ki nggo duite mbah mu

saya merasa saya banyak mengorbankan kemauan dan keinginan saya setelah saya menikah, termasuk didalamnya saya jarang beli baju baru..(padahal karena nggak ada ukurannya siih...)
deal- deal kami yang ada sebelum pernikahan nggak terlaksana, dan itu mengecewakan saya sebagai istri. karena itu merupakan hak saya dan kewajiban suami.
saya sudah mengkomunikasikan kepada suami,dan yaah..terlalu banyak alasan menurut saya.

saya pernah sampai sedih sekali walau nggak sampai depresi. 

bolehlah sampai sini saya dibilang egois, emang elo siapa atau apapun. saya juga sudah berfikir apakah suami saya tidak berkorban banyak ketika menikah dengan saya? apakah Dia nyesel nikah sama saya.
mungkin dia nyesel, tapi dia nggak pernah bilang itu..
saya tahu, dia berkorban perasaan ketika sama saya..saya galak, semau gue dan suka merintah. (sekarang) saya nggak tahu apakah itu karena sabar atau karena nggak tahu mau gimana. 

tapi dia itu mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga. asah-asah, nyuci..(kami punya pembagian tugas dan wewenang dalam mencuci pakaian), dia kalau bersih-bersih lebih telaten dari pada saya (saya suka kalau dia habis bersih-bersih), dan anak saya lulut sama dia (karena saya lebih tegas dari dia kalau masalah anak)

setiap manusia pasti ada kekurangan dan kelebihan. ketika sudah seperti ini kita nggak bisa hanya membicarakan kurangnya dia, kita terlebih saya harus memikirkan betapa Dia sudah mau sabar sama saya. Sudah mau hidup bareng sama saya.

yang jelas,,apa yang terjadi sekarang ya karena pilihan saya 3,5 tahun lalu. dan mau tidak mau, suka tidak suka saya harus menjalani semuanya. dan bersyukur didalamnya.

Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment